Tahun ini, tembakau Jember gagal panen dengan kerugian ditaksir mencapai miliaran rupiah akibat rusaknya ribuan lahan petani. Mayoritas area tanaman yang mengalami gagal panen berada di 2 kecamatan, yaitu Wuluhan dan Ambu.
Hingga saat ini, perwakilan kelompok tani setempat sudah mengadukan permasalahan yang terjadi kepada pemerintah melalui perantara DPRD Kabupaten Jember, Jawa Timur. Meskipun demikian, memang belum ada solusi konkret diterapkan.
Di sisi lain, para petani banyak terjerat hutang dari modal bertani dan terancam tidak bisa membayar akibat tembakau Jember gagal panen. Oleh karena itu, mereka berharap pemerintah dapat membantu memberikan keringanan.
Daftar Isi
Sekilas Tentang Komoditas Tembakau Jember
Sejak dulu, Jember memang dikenal dengan julukan Kota Cerutu karena komoditas utamanya adalah tembakau. Karena kualitasnya, cerutu lokal dari daerah ini sudah banyak yang berhasil mendunia karena diekspor menembus pasar internasional.
Per tahunnya, rata-rata produksi potongan tembakau mereka menyentuh angka 600 juta, dengan pendapatan hingga 16 juta Euro. Ekspornya sendiri dikirimkan ke 7 negara, sehingga peristiwa gagal panen ini jelas sangat merugikan, baik bagi petani maupun pengekspor.
Penyebab Tembakau Jember Gagal Panen
Penyebab terjadinya gagal panen tahun ini adalah akibat hujan yang mengguyur kawasan Jember pekan lalu. Seharusnya tanaman petani sudah siap dipanen pekan depan, namun pada tanggal 7-8 Juli tiba-tiba hujan turun selama 2 hari 2 malam berturut-turut.
Akibatnya, para petani dilanda kegalauan sebab tanaman yang harusnya minggu depan bisa dipanen justru rusak dan layu hingga membuat tembakau Jember gagal panen. Sebenarnya, peristiwa banjir serupa pernah terjadi pada tahun 2012 saat meletusnya Gunung Raung.
Namun menurut Ketua Gabungan Kelompok Tani Desa Ampel, Wuluhan pada Rabu (12/7/23) kemarin, peristiwa tahun ini adalah yang paling parah. Sebab pada 2011/2012 dulu tidak sampai gagal panen, hanya tidak laku saja, tetapi tahun ini benar-benar tidak bisa dipanen.
Dampak Tembakau Jember Gagal Panen
Peristiwa banjir akibat hujan yang merusak ribuan lahan milik petani ini tentu membawa banyak dampak merugikan, baik dari aspek materil maupun non materil. Adapun rincian kerugian yang tercatat sejauh ini adalah sebagai berikut.
1. Kerugian Hingga Ratusan Miliar
Menurut laporan terbaru, lahan yang rusak mencapai hingga 3.200 hektar, dimana rata-rata biaya produksi tembakau adalah sekitar Rp50 sampai 65 juta per hektarnya. Sehingga jika dikalkulasi, kerugian tembakau Jember gagal panen dapat menyentuh angka ratusan miliar.
2. Banyak Petani Terjerat Hutang
Sucipto, mantan Ketua KTNA Jember membeberkan bahwa sejak masa awal tanam hingga produksi, sebagian besar petani menggunakan dana pinjaman. Beberapa di antaranya juga mengeluarkan ongkos tambahan untuk sewa lahan.
Dengan kerugian per hektar menghabiskan sekitar Rp50 juta, maka para petani terancam tidak bisa membayar hutang pinjamannya ke bank. Sucipto berharap agar pemerintah bisa melakukan pendataan dan memberikan bantuan bibit dan pupuk, serta relaksasi utang bank.
3. Petani Kehilangan Gairah Bertani
Suryanto, pengurus Gapoktan (gabungan kelompok tani) di Desa Kesilir, Wuluhan mengungkapkan bahwa di daerahnya banyak petani menyewa lahan dengan harga tinggi. Alasannya, tanah tersebut dinilai bagus untuk bertani tembakau.
Namun akibat bencana banjir yang membuat tembakau Jember gagal panen hingga merugi, banyak petani yang kehilangan gairah untuk bertani. Tanam ulang palawija masih memungkinkan, namun pupuknya sudah tidak ada sehingga mereka berharap ada subsidi.
4. Kualitas Panen Menurun
Lebih lanjut, para petani menyebut bahwa tembakau yang batangnya sudah membusuk dan daunnya layu jika tetap dipanen secara dadakan maka akan masuk kategori feeler yang berkualitas jelek. Kalaupun dijual, harga per kwintalnya hanya Rp500 hingga Rp1 juta saja.
Padahal, harga normal untuk daun tembakau berkualitas bisa mencapai Rp7 sampai Rp10 juta per kwintal. Itu sebabnya, meski ada yang memilih panen dini, lebih banyak yang memilih untuk tidak memaksakan panen, sebab hasilnya belum tentu akan diterima gudang (pabrik).
5. Buruh Pabrik Tembakau Terancam Menganggur
Dampak tembakau Jember gagal panen selanjutnya yaitu membuat perusahaan eksportir diprediksi akan mengurangi tenaga kerja. Hal ini karena perusahaan akan sulit menyerap hasil panen akibat kualitasnya yang rendah dan terbatasnya bahan baku.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Taufik Rahman selaku Sekretaris DPC Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Jember yang memastikan akan ada banyak tenaga kerja yang dipangkas. Padahal, jumlah buruh petani hingga buruh tembakau ditaksir mencapai ratusan ribu orang.
6. Akibat Tembakau Jember Gagal Panen Ekspor Menjadi Sulit
Akibat tembakau Jember gagal panen, perusahaan ekspor akan kesulitan karena stok terbatas dan standar ekspor ke Eropa juga sangat ketat. Bahkan saat ini, harga ekspor dikhawatirkan akan turun karena banyak pengusaha luar memutuskan tidak membeli.
Tindak Lanjut dari Pihak Terkait Mengenai Tembakau Jember Gagal Panen
Menanggapi musibah banjir yang membuat para petani gagal panen ini, beberapa pihak terkait sudah melakukan beberapa tindakan. Mulai dari pendataan lahan, pelaporan ke DPRD, hingga pembuatan Raperda, berikut beberapa tindak lanjut terbaru.
1. Pendataan Lahan yang Gagal Panen
Anggota KTNA (Kontak Tani Nelayan), Dinas TPHP Jember sudah melakukan pendataan terhadap lahan terdampak. Berdasarkan hasil hitungan di Kecamatan Ambulu dan Wuluhan, lokasi yang mengalami gagal panen mencapai 3.200 hektar.
Untuk 2 kecamatan ini, desa yang terdampak paling banyak yaitu Desa Ampel, Sidomulyo, Kesilir, Tanjungrejo, Sabrang, Sumberejo, dan Lojejer. Sebab selain cabai dan gubis, tahun ini area Jember Selatan memang mayoritas memilih untuk menanam tembakau.
2. Perwakilan Petani Menghadap DPRD Jember
Perwakilan tani setempat yang tergabung dalam Poktan (kelompok tani) dan Gapoktan (gabungan Poktan) Jember Selatan sudah menghadap ke DPRD Jember. Mereka mengadukan masalah tembakau Jember gagal panen ini melalui Komisi B yang terkait.
Menurut aduan tersebut, mayoritas petani di desa memodali tanamannya dari pinjaman bank konvensional setempat, pinjaman komersil, atau bahkan tanpa KUR karena mencapai limit. Namun beberapa hari terakhir, sudah ada anggota petani yang didatangi petugas penagih.
Karena itu, mereka tidak punya pilihan lain, selain mengharapkan pemerintah untuk dapat menjembatani perpanjangan waktu atau relaksasi kredit/pinjaman. Mereka memohon adanya penundaan tanpa bunga, karena tidak sanggup jika harus membayar sekarang.
3. Tanggapan Komisi B DPRD Jember Mengenai Tembakau Jember Gagal Panen
Berdasarkan aduan tersebut, Ketua Komisi B DPRD Jember yaitu Siswono meminta pihak pemerintah daerah hadir untuk membantu para petani. Setidaknya dalam bentuk pemberian bibit gratis atau alat-alat pertanian sebagai bantuan.
Dalam hal ini, Siswono mengklaim siap menjembatani pihak petani dengan perbankan terkait relaksasi kredit sebagai keringanan. Sekretaris Komisi B David Handoko Seto juga sudah menyampaikan kepada Bupati, berharap ke depannya ada asuransi untuk petani tembakau.
4. Pemerintah Daerah Usulkan Raperda Penanganan Bencana
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Jember ternyata sudah mengusulkan Raperda (Rancangan Peraturan Daerah) terkait Penanganan Bencana kepada DPRD untuk dibahas tahun ini. Sebab hanya Jember satu-satunya daerah di Jawa Timur yang belum punya regulasi lokal tersebut.
Jika sudah punya Raperda Kebencanaan, maka Pemkab bisa melakukan penganggaran untuk penanganan bencana. Anggaran tersebut kemudian bisa dialokasikan jika terjadi bencana, atau digunakan untuk kegiatan mitigasi jika tidak terjadi bencana.
David Handoko Seto sendiri sebaai perwakilan Komisi B DPRD menilai Raperda tersebut sangat penting bagi setiap sektor, mulai dari ekonomi hingga pertanian. Sebagai langkah antisipasi tembakau Jember gagal panen, Raperda tersebut harus tuntas dibahas tahun ini.