Sawah Bebas Risiko Kekeringan Parah, Diperkirakan Aman

Joko Warino S.P M.Si

Menurut data prediksi Kementan, kondisi sawah bebas risiko kekeringan bisa saja terwujud. Data observasi menyebutkan, hanya ada sebagian kecil lahan sawah yang akan terdampak kekeringan.

Informasi data baru pada hari Minggu (8/7), tercatat ada lebih dari 7.573.907 hektare (ha) tanah yang menjadi lahan sawah nasional pada bulan Juli, Agustus dan September 2023.

Lalu dari semua lahan tersebut, hanya ada 7.320.348 ha lahan sawah yang diprediksi berisiko kena masalah kekeringan di bulan Juli 2023 dan 253.559 ha lahan sawah sisanya berisiko sedang.

Kementerian Pertanian (Kementan) berharap petani bisa memaksimalkan hasil panennya di masa kritis. Meskipun Indonesia akan memasuki musim kekeringan, petani diminta terus waspada.

Angin El Nino yang akan menyebabkan kekeringan sudah terasa di bagian Nusa Tenggara. Semoga, pada dua bulan ke depan El Nino tidak mengganggu lahan sawah Indonesia di wilayah lainnya.

Prediksi Kondisi Sawah Bebas Risiko di Bulan Juli

Sawah bebas risiko

Sesuai data Sensus Pertanian 2023 (ST2023), terdapat 7.573.907 ha lahan sawah yang tersebar di 34 provinsi. Mayoritas lahan sawah itu diperkirakan memiliki risiko kekeringan yang rendah.

Prediksi data mencakup kondisi cuaca dari periode bulan Juli sampai September 2023. Diketahui, pada bulan Juli ada 96.65% lahan sawah yang memiliki risiko rendah terhadap kekeringan.

Selain itu sensus juga menunjukkan prediksi di bulan Agustus dan September. Tercatat pada bulan Agustus ada 96.59% lahan sawah bebas risiko dan September ada sekitar 98.73% minim risiko.

Selebihnya, tidak ada lahan yang memiliki tingkat risiko tinggi dan risiko sangat tinggi. Sensus juga berisikan laporan petani yang menyebutkan, hujan masih turun di beberapa wilayah.

Beberapa provinsi di Indonesia seperti Yogyakarta, Sumatra Selatan dan Jawa Barat masih aman. Meskipun begitu, Kementan tetap menerapkan upaya mitigasi ke setiap lahan sawah.

Mitigasi dilakukan untuk meminimalkan dampak yang dihasilkan oleh bencana kekeringan. Selain Mitigasi, Kementan juga menerapkan program lain yang dapat membantu sektor pertanian.

Program seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat) dan Pemerataan teknologi ikut ambil bagian. Waspada terhadap kekeringan atau mewujudkan sawah bebas risiko jadi salah satu program Kementan.

Langkah-langkah seperti ini perlu dilakukan untuk menghindari kemungkinan terburuk. Seperti di Sumatera, Kalimantan barat, Riau dan Sumatra Barat yang terdampak kekeringan sedang.

Sebesar 410.675 ha dari keempat wilayah tersebut, berisiko mengalami kekeringan di bulan Juli. Mulai dari sekarang, petani dihimbau untuk terus waspada terhadap perubahan iklim..

Prediksi Lahan Sawah Berisiko di Bulan Agustus dan September

Berdasarkan data Kementan pada bulan Agustus 2023, terprediksi ada 7.315.784 ha lahan sawah bebas risiko. Total terdapat 258.123 ha lahan sawah sisanya yang berisiko kekeringan sedang.

Lanjut bulan September 2023, ada 7.477.779 ha lahan sawah berisiko rendah dan 96.128 ha sisa lainnya berisiko sedang. Terlihat tingkat persentase sawah bebas risiko terkesan terus menurun.

Semoga kondisi ini terus berlanjut, agar para petani tidak mengalami kerugian. Sekjen Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Sadar Subagyo juga berbicara di salah satu sesi wawancara.

Dirinya mengharapkan, prediksi kondisi iklim akurat dan tidak membuat keresahan warga. Jangan sampai, semua pihak sudah siap dengan kondisi kering tapi malah justru diguyur air hujan.

Subagyo menyarankan pada petani untuk selalu bersiap karena masih ada El Nino. Cuaca ekstrem dapat mengakibatkan petani gagal panen, oleh sebab itu mereka harus selalu waspada.

Sawah bebas risiko tidak akan pernah terwujud tanpa adanya kesadaran dari semua pihak yang terlibat. Langkah awal yang bisa dilakukan saat ini adalah bersiap-siap dan terus waspada.

“Sekarang ini yang kami perlukan itu semua hal, mulai dari kredit hingga saprotan. Hal ini perlu dilakukan agar petani dapat segera tanam, mumpung masih ada air.” ucap Sadar Subagyo.

Prediksi iklim dan kondisi pertanian di bulan Agustus dan September sangat membantu. Dengan adanya data prakiraan, semua pihak jadi lebih waspada terhadap ancaman yang akan datang.

Upaya Kementan untuk Mengatasi Sawah Bebas Risiko Kekeringan

Meskipun iklim, musim dan cuaca sudah diprediksi, petani ternyata masih ada masalah lainnya. Hal ini disampaikan oleh Sadar Subagyo saat melanjutkan jawabannya ke media terkait.

“Tidak ada EL Nino juga produksi (padi/tanaman pangan) akan tetap turun karena kesulitan pupuk fosfat dan kalium akibat perang di Rusia-Ukraina.” lanjut Subagyo pada sesi wawancaranya.

HKTI memprediksi, produksi lahan sawah (padi) di tahun ini akan turun sekitar 5% dari tahun lalu. Penurunan ini tidak berdampak banyak, tapi akan membebani beberapa wilayah.

Kondisi sawah bebas risiko lebih terealisasikan di provinsi yang subur dan mendapat bantuan dari pemerintah. Kurangnya pemerataan menyebabkan sebagian wilayah mengalami imbasnya.

Kementan harus mengupayakan pemerataan dalam waktu cepat, agar petani sejahtera. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan mapping atau identifikasi wilayah kekeringan.

Dengan melakukan identifikasi, Kementan bisa mengelompokkannya jadi tiga jenis wilayah. Tiga wilayah itu meliputi lahan merah untuk butuh penanganan, kuning siaga dan hijau aman.

Langkah kedua, Kementan dapat meminta petani mempercepat penanaman untuk mengejar sisa hujan. Dengan adanya hujan yang tersisa, hasil panennya bisa menutupi masa-masa kekeringan.

Lanjut langkah ketiga, membagi dan memeratakan ketersediaan mesin pertanian untuk percepat tanam. Sawah dengan alsintan akan mendapat hasil panen lebih cepat dan berkualitas.

Setelah membagi alsintan, Kementan dapat menerapkan langkah keempat yaitu membangun dan memperbaiki lembung. Tujuannya untuk menyimpan hasil panen agar tidak terbuang sia-sia.

Bantuan Sektor Pertanian untuk Sawah Bebas Risiko

Selain beberapa langkah di atas, Kementan juga dapat menerapkan bantuan lainnya. Bantuan itu dilakukan untuk mewujudkan sawah bebas risiko dan menghasilkan hasil panen yang sempurna.

Berikut beberapa bantuan yang bisa diberikan :

1. Penyediaan Benih

Benih tahan kekeringan perlu disiapkan oleh Kementan, agar dapat menghadapi angin El Nino dan musim kemarau. Benih tersebut dapat didistribusikan ke petani bersama bantuan lainnya.

Selain penyediaan benih, Kementan juga bisa memberantas organisme pengganggu tanaman. Dengan menyediakan pestisida aman terkendali, petani bisa menghindari dampak terburuk.

Pestisida dan benih bisa didistribusikan dalam sekali pengiriman. Petani yang perlu bantuan, dapat menyampaikannya pada BPP dan mengajukan permintaan benih tahan kekeringan.

2. Pengembangan Pupuk Organik

Bantuan berupa pengembangan pupuk organik terpusat dan termandiri juga perlu dilakukan oleh Kementan. Demi mewujudkan sawah bebas Risiko yang mandiri dan berkualitas.

Pupuk organik dapat membantu meningkatkan hasil produksi lahan sawah. Petani, kementan dan lembaga terkait perlu bekerja sama untuk menghindari dampak gagal panen.

Dengan menggunakan pupuk organik, tanaman pangan akan tersuplai secara optimal. Setiap lumbung yang sudah dibuat juga bisa terisi menggunakan hasil panennya.

3. Dukungan Biaya dari KUR

Terakhir, bantuan berupa dukungan biaya kredit usaha rakyat juga bisa diberikan. Bantuan ini akan sangat membantu, terutama untuk menghadapi musim kemarau dan El Nino.

Petani dapat menggunakan data bantuan yang diberikan untuk memaksimalkan hasil panen. Jangan salah, KUR selalu berhasil terealisasikan dan dampaknya sangat bagus.

Dengan melihat program yang sudah dibuat dari tahun ke tahun, KUR tidak pernah gagal. Hal ini cocok dengan prinsip utama Kementan yaitu mewujudkan lahan sawah bebas risiko.

Also Read

Bagikan:

Joko Warino S.P M.Si

Seorang tenaga pengajar di Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau dengan bidang keahlian Ilmu Tanah dan Kesuburan Tanah. Semoga artikel yang dibuat bermanfaat.

Tags

Tinggalkan komentar