Pengelolaan Air Pertanian Bijak Agar Lancar dan Produktif

Joko Warino S.P M.Si

Langkah pengelolaan air pertanian tepat dan bijak nyatanya belum diketahui semua orang. Tidak heran mempengaruhi produktivitas sehingga meraih beragam perhatian serius. Apalagi kebutuhan air sangat penting untuk berbagai lahan.

Salah satu contoh program manajemen irigasi lahan yang mendapat perhatian yakni dari Pemkab Pasuruan. Mereka melihat kebutuhan irigasi tidak disertai dengan pengelolaan maksimal. Jadi, produktivitas terganggu setiap tahunnya.

Manajemen pengelolaan penting dilakukan karena seringkali belum tepat. Penting adanya suatu aturan mengenai kebutuhan sesuai dengan hak setiap petani. Hal ini ternyata akan dibantu HIPPA atau Himpunan Petani Pemakai Air.

Perhatian terhadap pengelolaan air pertanian tentunya bukan masalah sederhana. Terlebih menjadi senyawa yang sangat dibutuhkan proses metabolisme tumbuhan. Apabila terlalu sedikit tentu menyebabkan kekeringan dan tanaman bisa mati.

Tentu sama buruknya apabila kondisinya banyak terlalu karena menggenang. Dampak negatifnya besar karena tidak tumbuh baik malah bisa membusuk. Area atau lahan yang ditanami harus memiliki pasokan agar lebih sesuai.

Kunci keberhasilan dalam bertani yakni bisa mengelola irigasi untuk produksi lebih baik. Berdasarkan penelitian ternyata mampu membantu pertumbuhan dan kesehatan lahan. Volume setiap masa pertumbuhan juga perlu disesuaikan.

Besarnya Kebutuhan Air untuk Pertanian

pengelolaan air pertanian

Proses pengelolaan air pertanian ternyata bukan hal yang mudah dilakukan tanpa memahami caranya. Jika dilakukan sembarangan tentu bisa mengganggu hasil. Terlebih kebutuhan irigasi tergantung varietas dan sistem dari lahannya.

Nantinya kebutuhan irigasi akan diperhitungkan sesuai dengan fakta pada lahan. Mulai dari umur tanaman, sifat tanah, pemberian, luas daerah, periode tanam dan sebagainya. Artinya membutuhkan penggunaan efisien supaya bekerja.

Efisiensi dan efektivitas pengelolaan air pertanian penting diperhatikan. Tentu harus memahami pemakaian jumlah konsumtif pada tanaman. Biasanya rata-rata jumlah yang dibutuhkan dalam produksi yakni sekitar 180-300 mm per bulan.

Tapi jumlah ini disesuaikan kembali pada apa jenis tanaman yang Anda rawat. Kebutuhan pengelolaan sawah beririgrasi telah dikenalkan sejak lama. Pastinya akan dimaksimalkan kembali menggunakan sistem baru yang lebih baik.

Berkaitan dengan jumlah debit yang diperlukan juga akan disesuaikan dengan proses produksi. Beberapa masalah yang diperhatikan yakni iklim, periode tanam hingga posisi lanskape. Drainase dan pengelolaan irigasi juga penting.

Karena pengelolaan air pertanian dibutuhkan langkah tepat, artinya petani itu tidak sembarangan. Melainkan membutuhkan skill dan pengetahuan profesional. Apalagi jika harus mengetahui kondisi topografi sampai pola curah hujan.

Untuk mengetahui tentang pengetahuan semacam ini dapat dipelajari dengan mudah. Pemerintah biasanya melakukan sosialisasi pada setiap desa. Tujuannya supaya masing-masing petani mendapatkan informasi baru mengenai pengelolaan.

Manajemen Pengelolaan Air Pertanian Paling Umum

Melakukan irigasi pada lahan tani dapat disesuaikan jenis lahan dan tanaman. Tapi umumnya dapat dibedakan sebagai penggenangan, irigasi bergilir dan irigasi berselang. Contohnya ditemukan pada lahan pertanian sawah.

1. Penggenangan

Efisiensi penggunaan air pada masa awal penanaman selalu terlihat. Terutama karena petani memilih menggunakan penggenangan terlalu tinggi. Jadi, penting melakukan penggenangan dengan pengelolaan air pertanian bijak dan akurat.

Walaupun terkesan membuat lahan bagus, nyatanya menyebabkan kehilangan air dengan perkolasi. Artinya unsur hara juga akan hilang karena sifat mobile. Jadi, hindari penggenangan terlalu tinggi supaya unsur hara tetap tinggi.

2. Pengelolaan Air Pertanian Irigasi Bergilir

Melakukan irigasi bergilir terbilang baik karena menjadi teknik yang selalu disesuaikan. Umumnya pemberian irigasi berdasarkan luas atau periode tertentu. Jadi, area tersebut bisa menyimpan air untuk periode selanjutnya.

Untuk jumlah air yang dipakai beserta interval integrasi selalu setara. Tidak lain berdasarkan unit luasan lahan dan jumlah yang hilang. Air yang hilang tersebut karena evapotranspirasi, perkolasi, rembesan dan sebagainya.

Sebenarnya pengelolaan air pertanian dengan irigasi bergilir lebih baik dari terus menerus. Tapi tetap memiliki kelemahan pada reaksi tanahnya. Apalagi jumlah ph juga cenderung rendah dibandingkan tipikal terus menerus.

3. Irigasi Berselang

Manajemen irigasi berselang dilakukan dengan pemberian air pada lahan sesuai pada levelnya. Kemudian pemberian juga akan dilakukan berdasarkan periode tertentu. Tentu setelah genangan surut sehingga tidak menggenang.

Pengaruh irigasi berselang yakni 3 hari tergenang lalu 3 hari kering. Bisa juga 5 hari tergenang 3 hari kering sehingga besar pengaruhnya. Tinggi tanaman dan jumlah hasil panennya akan meningkat.

Masalah Petani Saling Berebut Pasokan Air

Melakukan pengelolaan air pertanian dengan baik belum mampu ditemukan merata. Tidak heran jika beberapa daerah Indonesia menemui beragam masalah. Salah satunya adalah para petani berebut pasokan air yang sangat dibutuhkan.

Pada dasarnya selalu terdapat tata penggunaan air yang dibicarakan secara akurat. Terutama jika melalui HIPPA atau Himpunan Petani Pemakai Air. Walau telah melalui musyawarah, ternyata belum ditemukan sosialisasi maksimal.

Inilah alasannya ditemukan petani berebut ketersediaan air. Apalagi jika merasa lahan yang sedang digarap kekurangan irigasi. Wajar jika kemudian sangat dibutuhkan upaya preventif supaya menemukan antisipasi terbaik.

HIPPA menjadi pihak yang paling penting melakukan antisipasi dengan cara bijak. Keadilan begitu dibutuhkan supaya masing-masing memperoleh irigasi tepat. Kebutuhan hingga keperluan bisa disesuaikan sehingga lebih akurat.

Untuk pengelolaan air pertanian yang baik yakni apabila sudah mencukupi, perlu menghentikan. Kemudian bisa dialihkan menuju lahan lain yang sedang membutuhkan. Tidak heran harus melihat tingkat kebutuhan debit airnya.

Sebenarnya masalah tentang pengairan termasuk sebagai teknik budidaya penting. Apalagi masih banyak yang menyalahi karena belum paham dengan baik. Jadi, diwajibkan untuk terus belajar dan mencari informasi berkualitas.

Dalam budidaya, umumnya masih dapat ditemukan masalah seperti kekeringan. Begitu juga dengan kurangnya modal hingga lahan berubah alih. Masalah semacam ini juga perlu dilakukan manajemen sehingga tidak menyebabkan dampak buruk.

Generasi Milenial Diharapkan Masuk Pertanian

Dalam usaha untuk meningkatkan pengelolaan air pertanian semakin baik tentu membutuhkan inovasi. Saat ini hal yang diharapkan dari pemerintah adalah generasi milenial. Terutama supaya ikut andil dan memberikan banyak inovasi.

Terlebih anak muda memiliki ide baru yang dapat diperoleh dari berbagai sumber. Pastinya membantu pertanian supaya dapat semakin maju. Tentunya tidak akan bertahan melainkan bisa terus maju untuk masa depan.

Pada dasarnya perkembangan teknologi dan digitalisasi bisa menarik perhatian pemuda. Tidak lain supaya bisa ikut serta menciptakan banyak peluang baru. Kebanyakan tertarik apabila telah melihat prospek ekspor yang sangat besar.

Saat ini proses pengelolaan air pertanian dapat dilakukan dengan cara berbeda. Apalagi jika berbagai cara sebelumnya tidak bekerja dengan baik. Peran generasi milenial meneruskan usaha keluarga atau pribadi sangat bagus.

Pemerintah telah mengajak orang tua yang memiliki bisnis mengajak anaknya. Terlebih pada masa sekarang hanya terpaku pada jenis hasil umum. Kalau anak baru ikut serta, inovasinya jauh lebih beragam.

Berkaitan dengan pengelolaan irigasi atau air tentunya dibutuhkan seluruh Indonesia. Artinya tidak hanya satu atau dua daerah yang membutuhkan. Tidak heran dibutuhkan program khusus yang bisa disesuaikan dengan daerahnya.

Apalagi setiap daerah tentu memiliki iklim, kondisi tanah dan sektor khusus lainnya. Wajar apabila pemerintah lokal memiliki andil besar untuk program yang baik. Jadi, menemukan pengelolaan air pertanian paling akurat.

Also Read

Bagikan:

Joko Warino S.P M.Si

Seorang tenaga pengajar di Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau dengan bidang keahlian Ilmu Tanah dan Kesuburan Tanah. Semoga artikel yang dibuat bermanfaat.

Tags

Tinggalkan komentar