Petani di Indonesia sedang mengalami masa bahagia karena terjadi nilai tukar petani yang sedang meroket. Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik Indonesia, perkembangannya menyentuh 0,19 persen dari bulan Mei.
Ini menjadi tren positif untuk terus dikembangkan agar kehidupan menjadi lebih seimbang. Apalagi sektor pertanian yang harusnya menjadi unggulan di Negara Indonesia malah harus terkalahkan dari sektor usaha yang lainnya.
Tapi semua itu tidak lepas peran dari Pemerintah serta adanya momen lebaran haji yang berlangsung beberapa hari lalu. Tentu saja secara tidak langsung akan terjadi peningkatan permintaan pasar terkait pertanian.
Lebih jelasnya mari dalami bersama mengenai NTP dan NTUP di Indonesia. Demi mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai apa yang sedang terjadi di bulan Juni 2023 karena itu bisa bermanfaat kedepannya.
Daftar Isi
Nilai Tukar Petani dan Usaha Petani
Memiliki singkatan NTP tentu ini merupakan suatu nilai yang mengacu pada perbandingan harga jual produk diterima petani dengan biaya produksinya. Menjadi ukuran penting untuk mengevaluasi keuntungan dari proses produksi Mereka.
Jika nilai tukar petani tinggi maka harga jual akan lebih meroket daripada biaya produksi. Sehingga keuntungan petani akan lebih besar dan berlaku sebaliknya. Sementara untuk NTUP bagaimana? Meski mirip ternyata berbeda juga.
NTUP lebih mengacu pada perbandingan antara laba bersih dari petani setelah dikurangi oleh biaya produksi dan operasional juga. Jadi tidak serta merta hanya pada modal awal untuk memulai usaha Mereka.
Tentu ini akan lebih akurat untuk menghitung berapa keuntungan kerugian daripada proses produksi. Untuk indikator dari proses perhitungan biasanya termasuk biaya tanam, pemeliharaan, tenaga kerja, pupuk, pestisida, pengangkutan dan lain-lain
Dua hal yang perlu untuk diperhatikan oleh petani dalam negeri bahkan pemerintah. Untuk memastikan keberlangsungan usaha di dalam negeri khususnya pada sektor tani agar makin bisa berjalan maksimal dari seharusnya.
Apalagi sekarang Indonesia sedang mengejar Swasembada pangan seperti pada jaman Soeharto lampau, demi membuat kehidupan di dalam negeri makin makmur karena Indonesia sudah akan masuk dalam kategori negara semi maju.
Data Kenaikan Nilai Tukar Petani
Kenaikan yang terjadi dari bulan Mei, menunjukkan bahwa ada kenaikan mencapai 110.41 atau sebesar 0,18 persen, itu menunjukkan tren positif dan tentu saja harus meningkat.
Kenaikan itu tidak lain karena 4 komoditas dominan pada saat momen-momen sakral di bulan Juni, tidak lain adanya Lebaran haji yang tentu saja buat permintaan sapi serta komoditas pelengkap naik.
Tidak heran kenaikan tersebut terjadi pada 4 komoditas utama seperti kopi, sapi potong, kakao, dan cabai rawit. Sebab semua itu merupakan bahan utama untuk hadapi momen spesial bagi umat Islam.
Bahkan tidak hanya umat Islam saja, karena semua umat beragama juga merayakannya. Sebagai simbol kebaikan akan toleransi, sebab di berbagai daerah kini melakukan penyembelihan bersama-sama apalagi di daerah berpikiran maju.
Ini semua membuat nilai tukar petani makin meningkat, apalagi terjadi juga kenaikan indeks harga penerimaan petani sebesar 0,42 persen, sebab harga menjelang adanya hari besar, biasanya membuat semuanya serba mahal.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa juga menyampaikan bahwa peningkatan terjadi paling tinggi pada sektor sub hortikultura sebesar 2,22 persen, lebih besar daripada indeks harga dibayarkan petani, sebesar 0,17 persen.
Jelas-jelas ini akan membuat usaha dari petani makin naik di bulan ini, diharapkan juga terjadi peningkatan pada bulan bulan berikutnya. Karena pemerintah pasti ingin sektor pertanian bisa bangkit seperti seharusnya.
Semua itu bukan hanya impian belaka karena Kuntoro Boga Andri, menegaskan bahwa pemerintah tetap mengawal para petani di Indonesia dalam upaya produksi berkelanjutan di Indonesia.
Kementan Terus Kawal Produksi Strategi demi Meroketnya Nilai Tukar Petani
Pengawalan upaya pengawalan komoditas pertanian strategis sejak dari hulu sampai ke hilir dilakukan secara serius oleh pemerintah, jadi terjadi pendampingan intensif agar dampak semakin signifikan.
Dibuktikan dengan banyak komoditas mulai panen menjelang bulan Juni karena adanya Lebaran haji, semua itu dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar karena pasokan biasanya tidak mencukupi.
Jadi dilakukan pendampingan maksimal agar juga bisa memberikan peningkatan kesejahteraan petani, dapat terlihat dari nilai tukar petani yang semakin naik di bulan Juni tahun ini.
Pendampingan dilakukan dengan banyak upaya, tidak hanya melalui satu aspek saja bahkan dari proses edukasi sampai dengan bagaimana proses distribusi dilakukan agar semua pihak senang.
1. Edukasi mengenai pertanian pada komoditas strategis
Tentu edukasi ini bisa menjadi dasar sangat penting, khususnya pada komoditas strategis di bulan Juni ini. Semisal pada komoditas sapi, pemerintah melakukan penyuluhan agar bisa membudidayakan lebih banyak.
Itu merupakan langkah awal agar bisa memenuhi pasokan lebih banyak di momen menjelang lebaran haji, selain itu adanya edukasi untuk perawatan sampai penanganan bila bermasalah.
Sebab tidak mungkin juga sapi akan terus sehat, selalu ada masalah kesehatan yang terjadi. Seorang petani harus tahu langkah penanganan awal sampai akhir agar tidak menjadi masalah lebih besar lagi.
2. Penerapan pada proses produksi
Demi meningkatkan nilai tukar petani, tentu saja perlu melakukan penerapan proses produksi lebih bagus. Jadi pada saat mendapatkan bekal informasi yang sudah diberikan oleh pemerintah.
Petani harus mampu untuk menentukan penerapan secara tepat agar hasil maksimal. Itu semua masih perlu bimbingan dari pemerintahan untuk mendapatkan hasil terbaik, jadi tidak lepas.
Perlu masih ada pendampingan serta pemantauan agar semua proses berjalan lancar. Apalagi jika komoditas tersebut merupakan pilihan strategi yang begitu dibutuhkan seperti pada momen ini.
3. Distribusi agar makin maksimal
Tidak hanya soal produksi saja, pemerintah selalu mengedepankan distribusi untuk membuat semua pihak mendapatkan hasil maksimal. Tidak hanya memikirkan satu pihak saja.
Seperti nilai tukar petani tapi juga pihak lainnya, seperti distributor, masyarakat, dan lain lain. Dengan memperhatikan distribusi tentu saja akan makin membuat semua pihak senang.
Sekarang semua itu akan semakin mudah sebab ada aplikasi digital online, dengan data data yang sudah tersimpan secara akurat. Proses akan makin berjalan efektif efisien sesuai harapan dari banyak orang.
Nilai Tukar Usaha Petani Juga Meningkat!
Selain soal nilai tukar petani, ternyata usaha petani juga meningkat di bulan ini. Ditunjukkan dengan adanya data langsung dari bulan Mei, menunjukkan peningkatan sebesar 0,33 persen di bulan Juni ini.
Komoditas paling dominan pada kenaikan ini tidak lain adalah kopi, sapi potong, kakao, dan cabai rawit, dan peningkatan tertinggi pada NTUP sebesar 2,29 persen terjadi pada sub sektor hortikultura pastinya.
Kenaikan ini terjadi karena adanya indeks harga penerima petani sebesar 2,39 persen. Bisa disimpulkan lebih tinggi dari kenaikan BPPBM yang mengalami peningkatan sebesar 0,10 persen, dikarenakan sub sektor hortikultura juga.
Bawang merah, kentang, dan upaya memanen, membuat terjadi kenaikan BPPBM dan itu merupakan hal wajar, apalagi menjelang adanya lebaran haji di bulan Juni 2023 ini.
Sebagai informasi penutup, perkembangan NTP tertinggi jatuh pada Provinsi lampung, tidak hanya soal nilai tukar petani saja, NTUP juga terjadi paling tinggi di wilayah tersebut sebesar 3,03 persen lebih tinggi.