Pada hari Rabu (6/7), Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengajak setiap pedagang dan juga masyarakat Indonesia untuk berpartisipasi dalam menghadapi musim kemarau panjang nanti.
Menurut data pantauan awan global, musim kemarau akan datang mulai dari pertengahan bulan Juli. Pergerakan awan sudah memperlihatkan tanda-tanda terjadinya musim kemarau.
Hal ini terbukti karena peristiwa El Nino sudah menyerang beberapa wilayah Indonesia Timur. Di Nusa Tenggara, beberapa daerah sudah merasakan dampak tanah kekeringan akibat El Nino.
Meskipun kejadian kekeringan sering terjadi di Nusa Tenggara, tahun ini program pemberdayaan di sektor pertanian akan meminimalkan dampak kerugian yang dirasakan para petani.
Dengan adanya program terpadu di Kementerian Pertanian (Kementan), diharapkan dampak dari kemarau panjang bisa diminimalkan karena programnya mendukung ke berbagai pihak.
Daftar Isi
Kementan Ajak Pedagang untuk Hadapi Musim Kemarau Panjang
Program Kementan tidak hanya untuk menyejahterakan petani saja, tapi juga seluruh pihak yang terlibat. Pedagang masuk dalam daftar dan ikut berpartisipasi menjalani upaya pencegahan ini.
Syahrul Yasin Limpo mengajak pedagang untuk mendukung percepatan dan peningkatan produksi pertanian Indonesia. Pernyataan itu disampaikannya saat menghadiri Silabis Internasional.
Tepatnya di hari Rabu kemarin, Ikatan Sodagar Musim Indonesia (ISMI) mengadakan Summit Expo di Kota Makassar. Topik penting mengenai musim kemarau panjang di angkat oleh Mentan.
Menurutnya, peran pedagang besar dan saudagar itu sangat penting. Terutama dalam menyerap hasil produksi di masa-masa cuaca ekstrem El Nino yang berlangsung hingga akhir Agustus 2023.
SYL menjelaskan tentang program yang akan dijalankan oleh lembaga terkait untuk mengadaptasi dan mengantisipasi kehabisan stok pangan di musim kekeringan akibat cuaca buruk El Nino.
Penyerapan hasil panen ke Perum Bulog dan Sodagar adalah contohnya. Simpanan stok Bulog bahan pangan berguna untuk mengantisipasi terjadinya gagal panen di musim kemarau.
Dengan memenuhi target pengadaan stok dalam negeri, masyarakat tidak perlu khawatir. Musim kemarau panjang bisa dilalui, selama seluruh pihak bekerja sama untuk mengantisipasinya.
“Menjadi warning yang keras bahwa pangan tidak boleh kita sepelekan, tetapi harus disegerakan terutama bagi pebisnis atau pedagang besar seperti ISMI ini.” Kata SYL di pidatonya.
“Pertanian itu menarik dan menjanjikan karena dalam pengetahuan saya di saat krisis, bisnis apa saja yang paling bisa berjalan hanya bisnis pertanian.” Lanjut SYL saat memberikan keterangan.
Upaya Kemenkan Hadapi Musim Kemarau Panjang untuk Petani
Tentu saja selain pedagang, petani juga harus berpartisipasi dalam mengatasi kejadian ini. Sesuai data program pemberdayaan pertanian tahunan, petani memiliki bantuan dana KUR.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang ditawarkan kepada para petani, bisa dipakai untuk mengantisipasi dan meminimalkan kerugian gagal panen dari dampak cuaca ekstrem El Nino di bulan Juli.
“Kredit KUR bisa digunakan untuk pompa air dan alat kebutuhan 1 kabupaten lainnya. Rp 50 Miliar plus Rp 100 Miliar kurang lebih dipakai untuk menstimulasi hadirnya teknologi dan alsintan.” Kata SYL saat membahas dana KUR.
Dirinya juga menambahkan, teknologi dapat dipakai untuk mempercepat penanganan kekeringan dan krisis. Musim kemarau panjang perlu perhatian lebih agar petani tidak dirugikan.
Selain KUR, Kementan juga menerapkan sistem pemetaan wilayah berdasarkan kondisinya. Untuk lahan pertanian, pemetaannya di bagi ke dalam tiga jenis yaitu kategori merah, hijau dan kuning.
Pemetaan berguna sebagai langkah adaptasi dan antisipasi musim kekeringan akibat El Nino. SYL menyampaikan, pemetaan bisa dijalani dengan menggunakan pantauan citra satelit.
Jadi, seluruh area yang mencakup lahan pertanian dapat terpantau kondisinya. Kolaborasi sangat diperlukan, oleh sebab itu Kementan berusaha mengajak semua pihak untuk ikut berpartisipasi.
Memperkuat Hubungan Antar Petani dan Pedagang
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menambahkan, mulai saat ini semua daerah harus sudah menyiapkan lumbung pangannya masing-masing agar dapat menyimpan stok pangan.
Selain Bulog, petani dapat menyimpan hasil panennya dalam lumbung itu terlebih dahulu. Musim kemarau panjang bisa diantisipasi jika kebutuhan stop pangan terpenuhi di setiap sektor.
Petani juga tidak akan risau dengan adanya hasil panen yang dicadangkan di dalam lumbung. Ada banyak hal yang dapat dilakukan kementerian pertanian untuk membantu para petani.
Karena kepentingan bersama, fokus perhatian beralih pada ancaman musim kemarau dan El Nino. Upaya-upaya untuk menyimpan stok tanaman pangan dan menjaganya lebih diutamakan.
Petani dan pedagang perlu bekerja sama untuk mewujudkan swasembada pangan yang kuat. Jika keduanya tidak bekerja sama, musim kemarau panjang akan merugikan semua pihak.
Tidak hanya petani dan pebisnis, seluruh masyarakat di Indonesia juga pasti terkena dampaknya. Harga sembako meningkat akibat krisis pangan menjadi salah satu efek yang umumnya terjadi.
Selain itu, masih ada efek lain yang perlu diketahui untuk menjelaskan pentingnya stok pangan. Intinya selama petani dan pedagang mau bekerja sama, maka negara kita bisa swasembada.
Dengan menjadi negara tahan pangan, masalah kemarau atau El Nino bisa diatasi dengan mudah. Hal ini dikarenakan negara kita sudah mandiri dan mampu mengatasi krisis di masa depan.
Perbedaan Negara Swasembada Pangan dan Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan dan swasembada pangan ialah dua konsep yang berbeda. Keduanya berkaitan dengan ketersediaan dan akses terhadap pangan, namun memiliki perbedaan yang penting.
Ketahanan pangan berarti pada kemampuan suatu negara, wilayah atau rumah tangga. Tujuannya untuk mempertahankan pangan yang cukup, aman, bergizi, layak secara fisik, sosial dan ekonomi.
Sedangkan, swasembada pangan mengacu pada kondisi suatu negara. Mampu atau tidak dalam memproduksi pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduknya sendiri.
Negara yang tahan pangan biasanya sudah memenuhi aspek-aspek seperti ketersediaan pangan, aksesibilitas, kualitas pangan, keamanan pangan dan stabilitas pasokan pangan.
Dengan ketersediaan pasokan pangan yang cukup, negara tidak kesulitan menghadapi fenomena musim kemarau panjang karena stoknya bisa digunakan untuk seluruh warga masyarakat.
Konsep ketahanan pangan dan swasembada berbeda, Swasembada lebih fokus pada kemandirian suatu negara dalam memproduksi pangan dan mengurangi ketergantungan pada impor pangan.
Semua pihak diikut sertakan, mulai dari petani, Bulog dan pedagang yang mendistribusikannya. Dengan kerja sama yang baik, stabilitas pasokan pangan menjadi lebih terkontrol.
Musim kemarau panjang dapat diatasi dengan mudah, cepat dan terstruktur. Ditambah lagi, kita juga bisa memanfaatkan hasil pertanian untuk kebutuhan lain seperti komoditas ekspor.
Satu per satu, negara bergerak untuk menjadi wilayah yang mandiri dan kaya. Dimulai dari petani, caranya dengan memberikan bantuan dan program pemberdayaan lainnya secara merata.
Setelah merata, petani bisa memaksimalkan hasil panennya secara terus menerus. Pedagang dan Bulog yang menampung hasil panen juga akan mendapatkan porsinya sendiri-sendiri.
Peran Kementerian Pertanian adalah mengedukasi, membimbing, mengatur dan membantu agar hal ini bisa terwujud. Upaya pencegahan dampak El Nino dan musim kemarau harus tepat.
Jangan bergantung pada satu aspek saja, melainkan juga dilihat dari sudut pandang berbeda. Ada pedagang dan petani yang bisa diajak kerja sama untuk menghindari masa-masa krisis. Semoga saja, musim kemarau panjang tahun ini dapat dilewati tanpa adanya kendala.