Menurut prediksi, akan terjadi krisis air pertanian Sukoharjo pada periode Oktober hingga November. Selain Sukoharjo, sebenarnya masalah kekeringan memang saat ini sedang mengancam Indonesia sebagai dampak kemarau akibat fenomena alam El Nino.
Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama antar berbagai pihak, baik itu pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat setempat, khususnya para petani. Dengan demikian, masalah kekeringan bisa diatasi dan tidak berpotensi terhadap produksi pangan.
Hingga saat ini, pemerintah daerah Sukoharjo melalui Dinas Pertanian dan Perikanan setempat sebenarnya sudah melakukan beberapa inisiasi untuk menyelesaikan masalah ini. Jika hasil eksekusinya baik, maka masalah kriris air tersebut diharapkan bisa teratasi.
Daftar Isi
Kondisi Krisis Air Pertanian Sukoharjo Saat Ini
Menurut prediksi, akan terjadi krisis air pertanian Sukoharjo pada periode Oktober hingga November. Berikut upaya dari pemerintah daerah setempat.
Berdasarkan kondisi terbaru, pemenuhan kebutuhan air pertanian di Sukoharjo diperkirakan akan mengalami masalah mulai Oktober hingga November. Penyebabnya adalah puncak musim kemarau dan agenda perawatan rutin tahunan penutupan pintu air Dam Colo Nguter.
Krisis air pertanian Sukoharjo ini tentu dapat berdampak buruk pada sektor pertanian setempat, sebab kekurangan air dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Dalam jangka panjang, terhambatnya aktivitas di sektor tani dapat mengurangi produktivitas pertanian.
Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan sumber air yang baik serta kerjasama antara petani dengan pemerintah untuk menghadapi krisis ini. Selain itu, perlu dilakukan upaya mitigasi serta penerapan solusi yang efektif.
Penyebab Terjadinya Krisis Air Pertanian Sukoharjo dan Indonesia
Pada tahun 2023 ini, Indonesia menghadapi krisis air pertanian di berbagai daerah, termasuk Sukoharjo. Kekeringan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor utama, terutama yaitu terjadinya fenomena El Nino.
El Nino adalah fenomena alam yang terjadi secara periodik di Samudra Pasifik, namun dapat berpengaruh secara signifikan pada iklim dan cuaca global. Fenomena ini terkait dengan perubahan suhu permukaan air laut yang melintasi kawasan ekuator Pasifik tengah dan timur.
Fenomena tersebut ditandai dengan berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia, sehingga berpotensi menimbulkan kekeringan meteorologis. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan peluang terjadinya El Nino pada semester II 2023.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, juga menjelaskan bahwa peluang terjadinya El Nino pada semester II 2023 mencapai 50-60 persen. Hal ini berarti bahwa kondisi netral akan berubah menjadi fase El Nino.
Akibatnya, musim kemarau tahun ini diprediksi akan menjadi lebih kering daripada tiga tahun sebelumnya, sehingga menimbulkan krisis air pertanian Sukoharjo dan daerah lainnya. selain itu, musim kemarau tahun ini juga diprediksi akan menjadi lebih panjang.
BMKG bahkan mencatat bahwa sejumlah wilayah di Indonesia telah memasuki musim kemarau lebih awal dari normalnya. Bali, NTB, NTT, dan sebagian besar Jawa Timur adalah wilayah yang telah memasuki musim kemarau pada April 2023.
Sedangkan, sebagian besar Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat, Banten, sebagian Sumatra Selatan, dan Papua bagian selatan diprediksi memasuki kemarau pada Mei 2023. Hal ini menunjukkan bahwa masa musim hujan semakin singkat, serta musim kemarau menjadi lebih panjang.
Rekomendasi Upaya Mitigasi dan Solusi untuk Krisis Air
Krisis air pertanian Sukoharjo serta Indonesia secara keseluruhan adalah tantangan yang harus segera diatasi bersama. Untuk mengatasi masalah ini, BMKG dan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) memberikan beberapa rekomendasi upaya mitigasi dan solusi.
Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan Indonesia sekaligus menjadi ketua HKTI dalam salah satu kegiatan panen raya merekomendasikan intensifikasi pertanian sebagai opsi solusi. Teknologi intensifikasi tersebut diklaim dapat memangkas masa tanam serta meningkatkan hasil panen.
Sedangkan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, situasi ini membutuhkan aksi mitigasi secara komprehensif dalam rangka mengantisipasi dampak. Di antaranya, pemerintah harus lebih mengoptimalkan penyimpanan air pada musim hujan.
Baik itu penyimpanan air di danau, embung, waduk, kolam retensi, maupun penyimpanan air buatan lainnya oleh masyarakat. Upaya mitigasi tersebut bisa dilakukan secara bersama melalui gerakan memanen air hujan, sehingga dibutuhkan kerja sama antar setiap pihak.
Langkah-Langkah yang Telah Diambil oleh Dinas Pertanian Sukoharjo
Untuk mengatasi masalah krisis air pertanian Sukoharjo, Dinas Pertanian dan Perikanan daerah setempat sudah mengambil beberapa langkah sebagai solusi. Mulai dari pengecekan potensi sumber air hingga pemaksimalan penampungan, berikut penjelasan rincinya.
1. Pengecekan Potensi Sumber Perairan
Dinas Pertanian Sukoharjo telah melakukan pengecekan potensi sumber air yang ada di daerah tersebut. Melalui survei dan analisis, mereka sudah mengidentifikasi sekaligus memetakan sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pertanian.
Hal ini penting untuk menentukan strategi penggunaan cadangan airnya secara tepat. Adapun sumber air yang dimaksud meliputi embung, sumur dalam, serta dengan melakukan lobi pada Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo agar menunda penutupan Dam Colo di Oktober.
2. Percepatan Tanam Padi untuk Mengatasi Krisis Air Pertanian
Salah satu langkah yang diambil pemerintah untuk mengatasi krisis air pertanian Sukoharjo adalah percepatan tanam padi. Bahkan baru-baru ini, Bupati Sukoharjo Etik Suryani ikut berpartisipasi dalam kegiatan tanam padi serempak pada 30 Mei 2023 kemarin.
Dengan melakukan penanaman lebih awal, diharapkan dapat menjaga ketahanan pangan kabupaten dan mensiasati dampak El Nino. Hal ini bisa membantu mengantisipasi terjadinya kekeringan sebelum masa panen dan sebelum musim kemarau mencapai puncaknya.
3. Prioritas Penanaman Padi di Lahan Tertentu
Dalam menghadapi masalah krisis air pertanian Sukoharjo, pemerintah daerah setempat memberikan prioritas pada penanaman padi di lahan-lahan tertentu. Tepatnya yaitu lahan yang memiliki akses perairan cukup.
Contohnya yaitu lahan dengan akses ke sumber air seperti sungai, waduk, atau sumur dalam. Hal ini dilakukan untuk memastikan pasokan sumber daya perairan akan tetap cukup selama masa pertumbuhan hingga perkembangan tanaman.
4. Koordinasi dengan Pihak Terkait
Dalam mengatasi krisis air pertanian Sukoharjo, pemerintah juga melakukan koordinasi dengan pihak terkait. Di antarnya seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), serta masyarakat setempat.
Kolaborasi ini bertujuan untuk memperoleh informasi terkini tentang kondisi cuaca maupun kondisi ketersediaan sumber daya perairan. Koordinasi tersebut juga dilakukan untuk menyusun strategi efektif dalam menghadapi krisis kekeringan.
5. Pemetaan dan Pemerataan Sumber Air
Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo hingga saat ini sudah melakukan pemetaan dan pemerataan sumber perairan di wilayah tersebut. Yaitu melalui identifikasi daerah-daerah dengan masalah ketersediaan air yang parah, serta daerah yang memiliki potensi air cukup.
Dengan pemetaan ini, mereka dapat mengarahkan upaya-upaya mitigasi dan alokasi sumber daya secara lebih efektif dan efisien. Baik itu melalui intensifikasi pertanian maupun percepatan tanam padi.
6. Pemaksimalan Penampungan Sumber Perairan
Pemerintah daerah setempat juga berupaya memaksimalkan sumber penampungan air yang ada. Hal ini dilakukan dengan cara mendorong petani serta masyarakat untuk memanfaatkan kolam, embung, hingga waduk sebagai tempat penyimpanan air hujan atau air irigasi.
Selain itu, mereka juga mempromosikan penggunaan teknologi irigasi yang efisien, seperti irigasi tetes, guna mengurangi kehilangan air akibat penguapan. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan jumlah sumber daya perairan yang bisa dimanfaatkan untuk perairan.
Berbagai langkah di atas diharapkan dapat meminimalkan dampak krisis dan menjaga kelangsungan pertanian di daerah Sukoharjo. Jadi, dibutuhkan kerja sama antara pemerintah daerah, petani, dan masyarakat setempat untuk mengatasi krisis air pertanian Sukoharjo ini.