Baru-baru ini, inisiasi kerja sama bidang pertanian antara Indonesia dengan Australia menjadi salah satu topik pembahasan saat Menteri Perdagangan kedua negara bertemu. Hal ini tentu dapat membawa banyak dampak positif bagi perekonomian Indonesia.
Dengan saling bekerja sama, maka kedua negara dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi masing-masing, khususnya dalam sektor tani. Oleh karena itu, dibutuhkan peran maksimal antara pemerintah, pihak swasta, maupun masyarakat.
Apalagi, Australia sejak dulu dikenal sebagai salah satu pasar ekspor potensial sebab memiliki daya beli tinggi. Oleh karena itu, kerja sama bidang pertanian ini bisa menjadi salah satu kesempatan besar bagi perkembangan negara Indonesia.
Daftar Isi
Pertemuan antara Indonesia Australia di Rangkaian Kegiatan APEC MRT
Baru-baru ini, Indonesia ikut berpartisipasi di Asia Pacific Economic Cooperation Ministers Responsible For Trade atau disingkat APEC MRT 2023. Pada acara ini, Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan bertemu dengan Menteri Perdagangan dan Pariwisata Australia, Don Farell.
Pada pertemuan tersebut mereka saling berdiskusi secara terbuka mengenai berbagai hal, salah satunya isu ketenagakerjaan. Mendag ikut menanggapi dengan menyatakan bahwa negara Indonesia ingin berfokus pada ekspor produk pertanian dan jasa ke Australia.
“Indonesia melihat Australia sebagai mitra yang strategis. Karena itu kami mendukung upaya peningkatan kerja sama perdagangan antara kedua negara untuk semakin mendorong ekspor dari Indonesia ke Australia”. Demikian menurut pernyataan Mendag Zulkifli Hasan.
Melalui diskusi terbuka tersebut, maka telah disepakati untuk memperkuat kerja sama perdagangan dalam bidang produk pertanian dan jasa. Hal tersebut menunjukkan terbukanya peluang peningkatan ekspor komoditas pertanian melalui kerja sama bidang pertanian ini.
Perkembangan Ekspor Impor Indonesia Australia
Tahun sebelumnya yaitu 2022, terjadi perkembangan yang signifikan dalam hubungan ekspor impor antara kedua negara ini. Total perdagangan antara kedua negara bahkan tercatat mencapai nilai hingga USD 13,3 miliar.
Data menunjukkan bahwa ekspor Indonesia ke Australia sebesar USD 3,5 miliar, sementara impor Indonesia dari Australia mencapai USD 9,9 miliar. Nilai tersebut terus meningkat, menunjukkan tren positif yang bertambah di tahun 2023 ini.
Bahkan selama periode Januari hingga Maret 2023, total perdagangan sudah mencapai USD 2,76 miliar. Nilai ekspor Indonesia ke Australia sudah mencapai USD 769,2 juta, sementara total nilai impor Indonesia dari Australia mencapai USD 1,99 miliar.
Rencana Kerja Sama Bidang Pertanian antara Indonesia Australia
Dalam kerangka kerja sama pertanian antara kedua negara ini, terdapat beberapa komoditas unggulan yang berpeluang ditingkatkan. Komoditas ekspor utama Indonesia antara lain pupuk mineral atau kimia, kayu, minyak petroleum, aparatus TV, dan perangkat telepon.
Sementara itu, komoditas impor utama Indonesia dari Australia antara lain daging beku, tembaga, anggur, seng, dan kapas. Potensi kolaborasi dalam bidang ini sangat besar, dan kedua negara dapat saling mendukung dalam memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar.
Secara spesifik, dalam hal kerja sama bidang pertanian, maka komoditas yang potensial adalah pupuk mineral dan pupuk kimia serta kayu. Berikut ini penjelasan lebih lanjut terkait prospek dari masing-masing komoditas tersebut:
• Pupuk Mineral atau Kimia
Pupuk mineral atau kimia adalah salah satu komoditas unggulan negara ini dalam sektor pertanian. Hal ini karena Indonesia memiliki sumber daya alam yang kaya akan bahan baku pupuk, seperti batu bara, gas alam, dan bijih fosfat.
Sehingga, kerja sama bidang pertanian dengan Australia ini dapat mentransfer teknologi dan pengetahuan dalam produksi pupuk agar lebih efisien serta ramah lingkungan. Ini juga menjadi peluang mengembangkan pasar ekspor pupuk dalam jangka panjang.
• Kayu
Indonesia memiliki kekayaan hutan melimpah, termasuk hutan tropis yang menjadi habitat bagi berbagai jenis kayu bernilai tinggi. Kayu Indonesia memiliki kualitas yang baik dan beragam jenis seperti kayu jati, meranti, merbau, dan lain-lain.
Kerja sama dengan Australia dalam bidang kayu tentu dapat melibatkan peningkatan ekspor kayu. Selain itu, bisa membantu transfer teknologi dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan, serta upaya penegakan hukum untuk perdagangan kayu ilegal.
Dalam pertemuan tersebut, komoditas pertanian yang disebutkan secara spesifik adalah pupuk serta kayu. Namun jika menilik data ekspor negara ini dari tahun ke tahun, maka masih banyak komoditas lain yang juga berpeluang tinggi.
Salah satu contohnya yaitu karet, sebab Indonesia merupakan salah satu produsen karet terbesar di dunia, sedangkan Australia memiliki industri karet yang berkembang. Contoh lain yaitu kopi, sebab kopi adalah komoditas unggulan negara yang diakui secara internasional.
Manfaat Kerja Sama Bidang Pertanian antara Indonesia Australia
Melalui inisiasi rencana kerja sama ini, tentu dapat memberi sejumlah manfaat atau dampak positif bagi kedua negara. Jika ditinjau dari berbagai aspek, berikut ini manfaat yang bisa diperoleh:
1. Pengembangan Pasar Ekspor di Bidang Pertanian
Kedua negara sama-sama memiliki potensi untuk mengembangkan pasar ekspor produk pertanian. Dengan peningkatan kerja sama bidang pertanian, maka kedua negara dapat saling memperluas jangkauan pasarnya untuk meningkatkan akses ke pasar internasional.
Misalnya, negara Indonesia dapat mengimpor produk pertanian berkualitas tinggi. Sementara di sisi lain, negara Australia dapat meningkatkan ekspor produk pertaniannya ke pasar negara kita yang sedang berkembang.
2. Peningkatan Produksi serta Produktivitas
Dengan naiknya tingkat ekspor impor, maka secara otomatis produksi dari sektor tani serta produktivitas para petani juga dapat meningkat. Tidak hanya secara kuantitas saja, melainkan juga dari segi kualitas.
3. Diversifikasi Ekonomi Dalam Negeri
Kerja sama bidang pertanian antara kedua negara juga dapat membantu melakukan diversifikasi ekonomi. Pasalnya, sebagian besar perekonomian di Indonesia masih didominasi oleh sekor pertanian, sehingga dapat membantu memberikan stabilitas ekonomi negara.
4. Pengembangan Industri Pupuk
Meski jarang disorot, industri agribisnis negara ini ternyata memiliki potensi besar dalam sektor selain produk mentah, yaitu pupuk. Selama ini, komoditas yang kerap menjadi perhatian adalah produk mentah seperti kayu, karet, kopi, atau produk pangan sektor tani.
Namun ternyata, industri produk berbasis pertanian, dalam hal ini yaitu pupuk juga memiliki potensi besar. Oleh karena itu, kerja sama bidang pertanian antara kedua negara dapat menjadi salah satu peluang untuk mengembangkan industri pupuk dalam negeri.
Berbagai manfaat di atas bisa diperoleh apabila negara bisa memanfaatkan peluang kerja bilateral dalam sektor agribisnis ini secara maksimal. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama yang kuat antara Kementerian Perdagangan dengan Kementerian Perdagangan Indonesia.
Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong investasi dalam bidang pertanian sebagai langkah mendukung peningkatan produktivitas. Baik itu dengan cara mengembangkan infrastruktur tani, pengembangan industri agribisnis, maupun peningkatan teknologi tani.
Secara lebih spesifik, diperlukan pula kesadaran dari segenap lapisan masyarakat, khususnya petani, pekebun, atau pelaku industri agribisnis terkait kerja sama ini. Sehingga, praktik pertnian yang stabil dan berkelanjutan bisa dilakukan.
Dalam jangka panjang, hal ini bisa membantu memperkuat kerja sama antar kedua negara dalam bidang perdagangan, terutama sektor pertanian. Selain itu, kerja sama bidang pertanian ini bisa membantu meningkatkan kesejahteraan pelaku industri tani dalam negeri.