Digitalisasi pertanian Indonesia yang sudah lama berlangsung di wilayah Wonogiri Jawa Tengah Indonesia. Kini sudah mencapai waktu panen dan berhasil meraup keberhasilan panen sebesar 200 ton dengan kerja sama bersama INDICO.
Keberhasilan ini merupakan tujuan utama dari program tersebut. Sebab berbagai upaya dilakukan oleh semua pihak demi membuat kembali swasembada padi berlangsung di Indonesia.
Tentu saja itu tidak berlangsung tanpa dasar program bagus, perencanaan matang, dan eksekusi tersistematis. Lebih dalam mengenai penerapan pembaharuan dalam bidang pertanian di Indonesia khusus digitalisasi bisa Anda simak berikut.
Daftar Isi
Tentang Digitalisasi Pertanian Indonesia INDICO DFE
Konsep dasar darinya adalah suatu upaya untuk mengintegrasikan teknologi digital ke sektor pertanian guna meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan produksi.
Dapat melibatkan banyak penggunaan teknologi, semisal pada sensor, IoT, AI, analitik data, platform digital, dan lain lain. Dengan tujuan untuk memantau, mengelola, dan mengoptimalkan produksi.
Khusus pada program dari INDICO dengan nama DFE tentu memiliki konsep serupa. Tepatnya pada tujuan untuk membangun ketahanan serta kedaulatan pangan nasional, sekaligus menggunakan kemampuan dari anak perusahaan Telkomsel tersebut.
Jadi digitalisasi pertanian Indonesia kali ini, menggunakan kapabilitas dari perusahaan swasta dalam negeri. Tepatnya pada perusahaan berbasis pada jaringan seluler terbesar di tanah air Indonesia.
DFE yang merupakan kependekan dari digital food ecosystem. Memiliki dua pilar utama dalam menjalankan programnya, antara lain end to end pertanian dari on farm hingga off farm juga.
Keduanya masih bersangkut paut dengan apa yang Kami sudah jelaskan di awal, yakni menyangkut sensor, IoT, Ai, dan lain lain. Tentu itu akan menyangkut proses yang bertujuan memaksimalkan hasil produksi.
Ini semua dijalankan dengan dua pilar dan terus menerus diupayakan. Tepatnya proses percobaan pada daerah Wonogiri dengan menjalin kerja sama bersama kelompok tani daerah lokal.
Pilar On Farm Digital Food Ecosystem INDICO
On farm adalah kegiatan digitalisasi pertanian Indonesia yang berlangsung saat produksi pertanian, tentu saja pada saat upaya untuk menjalankan produksi. Mulai dari penyuluhan serta penggunaan teknologi untuk bisa memaksimalkan produksi.
Seperti pada IoT soil sensor yang mana melalui perangkat kecil terpasang di tanah, dapat mengukur serta memantau kondisi lingkungan tanah secara real time. Sensor ini dapat terhubung ke suatu jaringan.
Tepatnya pada jaringan internet dan tentu dapat mengirimkan data ke platform aplikasi para petani. Hal ini tentu akan sangat berguna untuk dapat membantu mengukur banyak paramater, seperti kelembaban, pH, dan lain-lain.
Selain itu masih ada precision farm management system yang notabene merupakan suatu sistem untuk bisa menggunakan sumber daya lebih optimal. Tentu saja secara presisi sesuai dengan data akurat dari teknologi.
Tentu saja itu semua dilakukan untuk makin meningkatkan produktivitas serta efisiensi dalam pertanian, serta mengurangi dampak lingkungan negatif yang muncul karena proses yang salah sebelumnya.
Sumber daya dalam digitalisasi pertanian Indonesia pada precision farm management system tidak lain menyangkut lahan, air, pupuk, pestisida dan lain lain. Namun untuk penerapan masih tidak boleh sembarangan serta mahal.
Jadi perlu upaya uji coba seperti program dari anak perusahaan Telkomsel ini, sebab perlu tenaga ahli serta pemantauan lebih lanjut agar dapat menghasilkan produksi maksimal.
Sementara untuk off farm sendiri pada pascapanen, jadi seusai panen 200 ton ini, apa yang harus dilakukan oleh petani agar bisa meraih untung lebih besar dari proses produksi mahal tersebut.
Pilar Off Farm Digital Food Ecosystem INDICO
Sementara pada pilar pasca panen ini tentu saja melibatkan banyak sistem lainnya, semua itu dilakukan supaya petani-petani di Indonesia nantinya bisa lebih sejahtera serta mandiri dalam menjalankan digitalisasi pertanian Indonesia.
Terdapat tiga pilar pasca panen yang harus dilakukan untuk mendapatkan cuan lebih maksimal, antara lain pembelian gabah dengan harga sesuai kontrak, pembiayaan permodalan petani, dan kemitraan untuk penyaluran produk padi.
Semua itu perlu penjelasan lebih lanjut, supaya mampu memberikan pengertian kepada pihak membutuhkan. Silahkan simak baik baik bagaimana tiga pilar pascapanen pada proses digitalisasi ini.
1. Pembelian Gabah dengan Harga Sesuai Kontrak
Dalam off-farm digitalisasi pertanian Indonesia, terdapat platform digital yang memungkinkan petani dan pembeli (misalnya pabrik penggilingan padi) untuk melakukan transaksi pembelian gabah secara elektronik.
Melalui platform ini, petani dapat menawarkan gabah mereka dengan harga yang sesuai dengan kontrak atau mekanisme telah disepakati sebelumnya. Hal ini membantu memastikan transparansi, keadilan, dan keamanan dalam transaksi pembelian.
2. Pembiayaan Modal Petani dalam Digitalisasi Pertanian Indonesia
Off farm digitalisasi food ecosystem atau DFE juga dapat menyediakan akses pembiayaan modal lebih mudah dan terjangkau bagi petani. Melalui platform digital, petani dapat mengajukan pinjaman atau mendapatkan pembiayaan modal.
Seperti membeli benih, pupuk, atau alat pertanian. Proses pengajuan dan pencairan dana dapat dilakukan secara digital dengan dokumentasi yang lebih efisien dan pemrosesan cepat bersama program digitalisasi pertanian Indonesia ini.
3. Kemitraan untuk Penyaluran Produk Padi
Off-farm DFE juga memfasilitasi kemitraan antara petani dan mitra penyalur produk padi seperti distributor, pedagang, atau supermarket. Platform digital memungkinkan petani untuk menjalin hubungan dengan mitra penyalur secara langsung offline.
Pastinya ini dapat mengurangi ketergantungan pada jalur distribusi tradisional. Hal ini membantu meningkatkan efisiensi dan memperpendek rantai pasokan pangan, sehingga produk padi dapat sampai ke konsumen dengan lebih cepat efisien.
Dengan memanfaatkan sistem pasca panen yang sudah masuk ke dalam sistem digitalisasi pertanian Indonesia, petani jelas dapat memperoleh manfaat seperti akses pasar lebih luas, transaksi adil, dan masih banyak lagi.
Tentu ini dapat berkontribusi pada peningkatan produktivitas, keberlanjutan, dan cuan ekonomi di sektor yang sudah lama mati ini, swasembada pangan bukan suatu impian belaka lagi.
Dalam Kegiatan Digitalisasi Pertanian Indonesia, Keberhasilan Panen 200 Ton Gabah Padi di Wonogiri
Sistem DFE dari INDICO anak perusahaan Telkomsel, terbukti berhasil karena mampu panen sampai 200 ton gabah padi pada lahan sawah +- 40 hektare.
Keberhasilan ini tidak lain atas dasar kerja sama bersama Gapoktan tani makmur di Wonogiri. Keberhasilan penerapan program ini membantu 50 petani kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri memperoleh komoditas berkualitas dan bernilai.
Upaya yang paling didorong adalah pasca panen tepatnya pada digitalisasi pertanian Indonesia dalam sektor contract farming. Bersama metode ini akan memberikan jaminan petani dapat harga jual lebih tinggi daripada pasaran.
Jadi tidak akan ada lagi komoditas yang dihargai jauh di bawah harga pasaran, semua sudah ada kontrak pasti oleh semua pihak bersangkutan, bahwa selama mengikuti program DFE, petani akan sejahtera.
Untuk aplikasi dalam urusan penerapan program kali ini memiliki nama my.dfe.farm, bisa didapatkan pada play store atau appstore, mampu mencatat perkembangan proses produksi atau budidaya secara berkelanjutan serta akurat pastinya.
Kabar bagusnya semua aspek on dan off farm dari proses digitalisasi pertanian Indonesia, sudah berhasil berjalan secara maksimal dan membuahkan hasil bagus untuk kemudian hari juga diterapkan secara lebih masif.