Kementerian Pertanian (Kementan) berencana mengeluarkan kebijakan antisipasi perubahan iklim untuk membantu para petani menghadapi cuaca ekstrem El Nino. Berdasarkan informasi dari BMKG, cuaca ekstrem mulai terjadi pada Juni 2023 dengan puncak pada Agustus 2023.
Perubahan iklim merupakan tantangan terbesar bagi sektor pertanian Indonesia, terutama subsector holtikultura yang menyediakan berbagai komoditas penting seperti bawang merah dan cabai.
Adanya cuaca ekstrem dapat sangat memengaruhi bidang pertanian sehingga Mentwri Pertanian, Syahrul Yasin, berencana melakukan rapat koordinasi bersama pejabat Kementerian Pertanian dan Apartur Pemerintahan untuk membentuk gugus tugas di setiap wilayah.
Daftar Isi
El Nino Akan Terjadi Mulai Juni 2023
Kebijakan antisipasi perubahan iklim dengan pembentukan gugus tugas berbasis wilayah yang diambil Kementan merupakan antisipasi cuaca ekstrem El Nino. El Nino diperkirakan menerjang seluruh wilayah Indonesia mulai dari Juni 2023 dan mencapai puncak pada Agustus 2023.
Fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) yang di atas normal pada Samudera Pasifik tengah ini sangat memengaruhi pertumbuhan awan di wilayah tersebut. Akibat dari kurangnya pertumbuhan awan sehingga mengurangi curah hujan di Indonesia.
Seluruh wilayah Indonesia yang terdampak, kecuali wilayah Riau dan Papua Barat, sebab kedua daerah tersebut memiliki curah hujan lebih tinggi.
Bukan hanya Indonesia yang terdampak El Nino, tapi seluruh dunia. Oleh sebab itu, dihimbau untuk melakukan persiapan sejak dini menghadapi perubahan cuaca ekstrem yang berpengaruh ke berbagai bidang, terutama pertanian.
Sebagai tindakan pencegahan diambil kebijakan antisipasi perubahan iklim, Kementan segera bertindak dengan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait membentuk gugus tugas serta menentukan berbagai jurus jitu sebagai langkah menghadapi tantangan perubahan iklim.
Gugus tugas ini nantinya akan dipilih per wilayah dan ditugaskan untuk membantu petani menangani berbagai dampak dari terjadinya El Nino.
Dampak Perubahan Iklim Ekstrem Bagi Pertanian
Karena El Nino akan menyebabkan terjadinya perubahan aliran angin dan distribusi suhu di atmosfer, maka dampaknya akan memengaruhi cuaca serta iklim di berbagai daerah. Kurangnya curah hujan akibat perubahan iklim akan berpengaruh pada sektor pertanian.
Oleh sebab itu, dibuat kebijakan antisipasi perubahan iklim sebagai langkah antisipasi efektif dengan memerhatikan dampak apa saja yang dapat disebabkan El Nino. Beberapa dampak yang mungkin akan terjadi adalah:
1. Kekeringan
Dampak pertama yang akan terjadi akibat peningkatan suhu permukaan laut dan penurunan curah hujan adalah kekeringan berkepanjangan. Hal ini menyebabkan ketersediaan air untuk pertanian semakin sedikit.
2. Gangguan Musim Tanam
El Nino juga akan berdampak pada musim tanam, dapat menyebabkan penundaan penanaman tanaman, penurunan luas area penanaman, juga kegagalan panen. Sebab pola penanaman yang biasa dilakukan tidak dapat lagi diterapkan.
Petani harus menentukan kapan waktu tanam yang tepat, bagaimana pemeliharaan, dan kemungkinan waktu panen lebih lama karena pertumbuhan tanaman terganggu akibat kekeringan.
3. Penyakit dan Hama
Perubahan cuaca ekstrem kemungkinan akan menguntungkan beberapa penyakit dan hama. Dapat menyebabkan penyebaran lebih cepat dan luas sehingga merusak tanaman serta memengaruhi hasil panen, baik kualitas maupun kuantitas.
4. Penurunan Kualitas Tanaman
Kebijakan antisipasi perubahan iklim harus segera diambil karena dampak dari El Nino bisa membuat kualitas tanaman menurun. Hal ini disebabkan air merupakan kebutuhan utama tanaman.
Tanpa pasokan air yang cukup tanaman tidak akan bisa tumbuh dengan baik sehingga memengaruhi kualitas hasilnya. Baik buah maupun sayuran akan tumbuh dengan ukuran lebih kecil, rasa kuang enak, sehingga kualitasnya menjadi buruk.
5. Ketidakstabilan Pasar
Selanjutnya El Nino juga akan menyebabkan ketidakstabilan pasar. Pasokan panen berkurang atau gagal akan memengaruhi stok tersedia di pasar dan membuat harga melambung akibat kelangkaan tersebut.
Kebijakan Antisipasi Perubahan Iklim dengan Pembentukan Gugus Tugas
Untuk mengantisipasi perubahan cuaca ekstrem, Kementan berdasarkan instruksi Menteri Pertanian akan membentuk gugus tugas. Menurut Mentan, Syahrul Yasin, gugus tugas berbasis wilayah penting untuk segera dibentuk.
Gugus tugas dibentuk per wilayah untuk memastikan bahwa setiap wilayah ditangani dengan tepat, sebab tiap daerah perlu penangan berbeda. Ada wilayah dengan kategori hijau yang tidak terdampak sehingga produksi tidak terganggu.
Akan tetapi, wilayah kategori kuning serta merah membutuhkan penangan lebih intensif. Jadi, setiap Pemerintah Daerah harus jeli membaca kebutuhan wilayahnya. Nantinya, gugus tugas ini akan fokus pada penangan wilayah masing-masing.
Menurut Syahrul, manajemen air akan menjadi kunci dalam menghadapi El Nino. Oleh sebab itu, salah satu kebijakan antisipasi perubahan iklim adalah menampung air. Dengan demikian, ketersediaan air untuk menanam dapat terpenuhi.
Managemen air sangat dibutuhkan untuk memastikan kecukupan air baik saat masa tanam maupun pemeliharaan hingga masa panen. Jadi, tugas gugus tugas wilayah memastikan kecukupan dan manajemen air selama periode tersebut.
Selain itu, pemilihan varietas tahan kekeringan juga harus dilakukan agar bisa bertahan dengan lebih baik saat musim kering. Ditambah lagi penerapan metode pemupukan yang tepat agar seimbang antara pupuk kimia dan organik.
Fokus Utama Kebijakan Antisipasi Perubahan Iklim
Gugus tugas wilayah yang akan dibentuk akan melakukan tindakan pencegahan tepat dan memantau perkembangan cuaca juga memastikan penangan permasalahan dengan baik. Selain itu, juga sebagai pendamping petani dalam menghadapi tantangan cuaca ekstrem yang terjadi.
Fokus utama gugus tugas dalam menerapkan kebijakan menghadapi perubahan cuaca ekstrem yaitu:
1) Pemantauan Cuaca
Pemantauan dan pengecekan informasi cuaca terkait El Nino penting untuk dilakukan setiap waktu. Dengan pemantauan dan penyampaian informasi dapat membantu petani mengatur jadwal penanaman, irigasi, dan pemeliharaan tanaman.
2) Antisipasi Perubahan Iklim dengan Melakukan Konservasi Air
Kekeringan akan menjadi momok selama periode El Nono sehingga perlu dilakukan konservasi air. Gugus tugas wilayah akan membantu petani mengadopsi teknik irigasi yang efisien sebagai bentuk penghematan air.
3) Disverifikasi Tanaman
Kebijakan antisipasi perubahan iklim yang dilakukan gugus tugas wilayah juga terkait dengan disverifikasi tanaman. Yaitu memberikan masukan varietas dengan ketahanan terhadap kondisi kering atau panas.
Dengan melakukan hal ini risiko kegagalan panen total dapat dihindari, karena fokus menggunakan varietas yang memiliki ketahanan terhadap El Nino lebih baik.
4) Manajemen Penyakit dan Hama
Peningkatan persebaran penyakit dan hama akan sangat terpengaruh oleh El Nino sehingga hal ini perlu menjadi perhatian. Dengan langkah-langkah pengendalian yang tepat, seperti penggunaan pestisida atau teknik penanganan hama.
5) Antisipasi Perubahan Iklim dengan Penggunaan Teknologi dan Informasi
Penggunaan teknologi dan informasi akan menjadi faktor pendukung menghadapi serangan El Nino. Dengan memanfaatkan teknologi dan informasi pertanian dapat membantu petani menghadapi kekeringan.
Misalnya penggunaan sensor untuk mengukur kelembapan tanah, aplikasi pemantauan cuaca, dan berbagai teknologi lain sebagai dukungan petani sehingga dapat mengambil langkah tepat menghadapi El Nino.
Selain petani, masyarakat secara luas juga harus siap menghadapi El Nino. Menurut Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, masyarakat harus siap menghadapi perubahan harga pasar. Produksi pangan berkurang akan memengaruhi harga pasar.
Harga beberapa komoditas pangan mungkin akan meningkat karena wilayah Asia akan sangat terpengaruh oleh cuaca ekstrem. Kondisi ini akan memengaruhi hasil panen dan ketersediaan komoditas di pasar sehingga harga akan merangkak naik.
Dengan adanya kebijakan antisipasi perubahan iklim diharapkan bukan hanya petani yang terbantu, tapi masyarakat secara luas sehingga tidak menghadapi krisis air dan dampak buruk lainnya.